Sabtu, 16 April 2011

WEW

“Wew!” Bagaimana rasanya jika lawan bicaramu mengucapkan kata, “wew!” Suatu waktu, ketika sedang bercakap-cakap seorang lelaki yang menjadi temanku mengobrol mengcapkan kata itu. “Wew!” katanya.
Sesaat aku hanya bisa tertegun. Seumur hidup, baru saat itu aku mendengarkan seorang mengucapkan kata ‘wew.’
Jenis kata apakah ini? Apakah kata berjenis kata benda, imbuhan atau kata apa? Aku tertegun dan bingung untuk menjawabnya. Harus dengan kata apa aku menjawabnya?
Apakah dengan mengucapkan wew berarti orang itu marah, senang, sedih, atau menyanggah perkataanku sebelumnya? Hingga akhirnya aku selesai berbicara dengan orang itu, aku masih saja merasa pusing.
Iseng aku membuka kamus bahasa indonesia terbitan balai pustaka. Kucari tahu apa arti kata ‘wew’. Siapa tahu itu bahasa indonesia dan aku baru mengetahui sekarang. Tapi sia-sia. Tak kudapati kata ‘wew’ dalam kamus itu.
Ah mungkin saja itu bahasa inggris. Aku pun membuka kamus bahasa inggris. Bisa jadi itu bahasa inggris. Namun tetap saja sia-sia. Tak ada kata ‘wew’ dalam kamus itu. Yang ada kata ‘wet’ yang artinya basah.
Keesokan harinya aku bertemu dengan pria lain. Kami berbincang-bincang. Dan kemudian tanpa bisa kuduga ia kembali mengucapkan kata itu. “Wew!” katanya. Kali ini mengucapkan itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Aku semakin heran. Untuk mengungkapkan apa sih kata itu diucapkan? Saat aku menyindirnya, ia mengucapkan wew. Saat aku menyapanya, ia juga mengucapkan wew. Bahkan saat aku memujinya, ia mengatakan wew.
Aku pun kemudian bertanya apa arti kata wew. Dengan seenaknya ia menjawab, “itu artinya wiky end wiky.” Di tempat lain dan waktu yang lain, seorang wanita menjawab jika wew adalah “wanita edan wanjrit.” Ah aku semakin heran.
Berbekal sedikit keberanian, aku pun kemudian bertanya kepada seorang pria yang mengenalkan kata wew kepadaku. “Kang apa artinya wew? apa ini bahasa indonesia atau bahasa dari kampung asal Akang?” tanyaku sambil menyebutkan satu daerah di Priangan.
Sambil tertawa berguling-guling ia balik bertanya, “Masa engga tau nos? dari saya SD kata itu sudah ada kok.” Aku semakin heran. SD! Bersekolah di mana pria ini hingga saat SD pun sudah mengenal kata wew. Sementara aku, hingga sekarang belum pernah mendengar kata itu.
Waktu berlalu, dan aku pun berlalu. Hingga kemudian kata itu kian kuakrabi. Dan tak kusadari ketika seseorang menyindirku, aku pun berujar, “Wew!” Agak heran juga mengapa kata itu akhirnya kupakai. Tapi waktu memang sudah merubah segalanya.
Dan aku pun kemudian makin mengakrabi kata itu. Aku kerap memakainya meski pertanyaan awal yang sempat hinggap di kepalaku belum terjawab.
Di hari-hari berikutnya aku pun menambah perbendaharaan kata. Tak hanya wew, tapi juga duduls dan desigh ciah. Kata apa lagi ini? Meski tak tau aku tetap memakainya.
“Nos kemaren kemana?”
“Wew!”
“Pacaran ya Nos?”
“Duduls!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar